Monday, 11 October 2010

Mengenal dan Membuat Gas Detector

PEMERINTAH Kementerian Negara Riset dan Teknologi (KNRT), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan semua instansi terkait hendaknya segera membuat dan memasarkan secara luas kepada masyarakat alat pendeteksi kebocoran gas (gas detector) sehingga tidak lagi ada korban jiwa yang berjatuhan akibat ledakan tabung gas LPG (Liquified Petroleum Gas).

Tidak ada lagi alasan untuk menunda dalam waktu lama, sebagaimana yang sudah dikemukakan oleh Suharna Suryapranata selaku menteri KRNT usai peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional ke-15 di kantor wakil presiden, jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Selasa (10/8).

Sebagai bukti dan tanggung jawab pemerintah atas ledakan tabung gas, hemat penulis setidaknya alat itu nantinya dibagikan saja secara gratis ke masyarakat luas yang tidak mampu. Kasian rakyat, jika harus dibebani lagi untuk membeli alat gas detector. Alat gas detector sebetulnya sudah ada di Indonesia, namun pangsa pasarnya masih sangat terbatas sekali. Dan harganya pun terbilang cukup mahal dengan kisaran Rp 150.000. Jika di luar negeri alat ini lazim digunakan untuk antisipasi terjadinya ledakan/ kebakaran tabung gas, tak heran jika di negara-negara maju sangat jarang sekali terdengar kabar ledakan tabung gas. Lantas bagaimana dengan di Indonesia setelah konversi dari minyak tanah ke gas?

Gas detector untuk membuat prototype-nya saja tidak membutuhkan waktu lama, hanya 3 hari waktu yg diperlukan. Bahannya pun mudah didapat dan murah, kalangan ahli menyebutkan jika gas detector diproduksi secara masal, maka harga jual dapat ditekan hingga Rp 30-40 ribu per-unit. Harga ini bagi masyarakat masih teibilang mahal, jika pemerintah dapat membagikan kompor gas gratis mengapa gas detector tidak?

Kerja alat gas detector ini tergolong sederhana, sangking sederhananya sudah ada beberapa masyarakat yang coba membuatnya sendiri satu diantaranya adalah Aleh Suhendro, warga desa Pager kulon kecamatan Pager. Alat yang digunakan adalah: Toples plastik, alat spiral pembungkus shock motor, pipa plastik, botol susu bayi dan alarm bekas boneka anak-anak. Kakek yang berusia 57 tahun ini mengaku memperoleh inspirasi membuat alat gas detector atas maraknya ledakan tabung gas di TV yang menimbulkan ketakutan tersendiri bagi istrinya. Suhendro kemudian menyusun alat-alat sederhana tersebut, tanpa merubah bentuk asli regulator atau tabung, saluran gas yang biasanya dipasang regulator dan seal, oleh Suhendro ditutup dengan alat buatannya itu. Jika terjadi kebocoran gas, maka botol bayi yang diisi air dan toples plastik itu akan menampung gas tersebut. Jika gas mulai bocor, maka muncul gelembung udara yang nantinya secara otomatis akan membunyikan sirine sebagai pendeteksi terjadinya kebocoran gas. Jika terdengar suara sirine, segera lepas regulator dan jangan nyalakan api atau listrik.

Namun, alat gas detector yang ada di pasaran sudah sedemikian canggih tanpa perlu harus repot-repot lagi. Gas detector memiliki beberapa jenis merek dagang seperti: elSmart, Horinglih, Tube Kitagawa LPG detector dan lain sebagainya. Rata-rata berwarna putih dengan ukuran panjang x lebar x tinggi = 12 x 4 x 6 cm memiliki tombol On-Off dan stop kontak sebagai catu daya. Daya yang digunakan tergolong rendah, hanya 220v. Adapun cara kerjanya adalah, daya listrik akan menghidupkan lampu (LED) Selanjutnya akan mengaktifkan sensor semi konductor dalam waku kurang lebih 30 detik. Sensor konductor gas itulah yang akan bekerja. Jenis sensor yang digunakan rata-rata TGS2610, jika terjadi kebocoran gas maka suhu pada heater sensor akan merubah resistensi pada sensor. Hasil sensor selanjutnya akan merubah sinyal-sinyal dan akan dikonversi oleh rangkaian ADC. Output ADC akan diolah oleh mikrocontroller dan ditampillan dalam bentul lampu (LED) dan IC perekam sebagai alarm atau buzzer yang cukup keras. Jika alarm berbunyi artinya telah terjadi kebocoran gas. Hebatnya lagi di negara maju alat detector ada yang sudah dilengkapi dengan fasilitas sending SMS Server ke nomor pemilik rumah yang sudah diseting saat membeli pertama kali. Jika pun terjadi kebocoran gas, meskipun pemilik rumah sedang tidak ada di rumah akan mengetahui kebocoran gas di rumahnya karena menerima SMS dari alat gas detector miliknya. Dengan demikian pemilik rumah dapat segera pulang untuk menyelamatkan rumahnya dari kebocoran gas. Ada 3 lampu LED pada gas detector, antara lain: Merah, Hijau dan Kuning. Masing-masing memiliki arti yang berbeda. Merah berarti gas detector dalam keaadan normal/ standby, sedangkan kedip-kedip hijau disertai dengan bunyi alarm keras menandakan terjadinya kebocoran tabung gas dan terakhir warna kuning berarti terjadi ketidaksesuaian/ error pada alat gas detector tersebut. Jika itu yg terjadi, cabut stop kontak dan colokan kembali. Jika masih juga, bawa ke service center terdekat. Umumnya garansi hanya 1 tahun.

Cara pemasangan alat gas detector ini pun terbilang mudah. Usahakan dengan jarak 2 meter dari tabung gas LPG, pasang saja di tembok layaknya saklar listrik sehingga memudahkan dalam memantau. Alat ini pun cocok sekali digunakan untuk perumahan, villa, Hotel, apartemen, rumah makan, perusahaan dan lain sebagainya. Semoga pemerintah segera membuat gas detector gas dalam jumlah masal, syukur jika dibagikan gratis ke masyarakat. Sehingga tidak ada lagi ledakan tabung gas yang merenggut korban, minimal dapat meminimalisir ledakan tabung gas. Amin.

0 comments:

Social Media

Facebook Twitter Instagram YouTube Google+ e-Mail

Karya Buku





Viva Blog

Komunitas Blogger

Indoblognet
BloggerCrony Community


Komunitas ISB

Blogger Reporter Indonesia

Populer Post

Blog Archive

Labels

Arsip Blog