Tuesday, 21 February 2017

The Passport Cafe, Tempat Hangout Asyik

JUJUR, biasanya kita kalo nongkrong sukanya di Startbucks Sarinah atau di Dunkin' Donuts, Gadjah Mada, Jakarta. Sekedar buat nge-blog, upload video, atau mengerjakan pekerjaan yang membutuhkan koneksi internet kenceng. Tapi setelah pindah di Bintaro, sudah tidak pernah lagi nongkrong di sana. Alasan utamanya jelas karena lokasinya yang jauh. Kalo dulu sih cuman 15 menitan aja sudah sampe.

Beberapa hari ini, kita seneng banget dapet info dari salah satu teman blogger sekaligus dosen yang hobby banget jalan-jalan yaitu mbak Donna. Telisik dan usut punya usut, baru dibuka tempat hangout yang asyik namanya The Passport Cafe.

Tak usah berfikir lama, kita pun langsung segera cap-cus ke sana. Hanya dua stasiun dari stasiun Jurang Mangu menggunakan Commuter Line atau KRL (Kereta Rel Listrik) dan turun di stasiun Rawa Buntu disambung ojek online atau taksi online kita udah sampe.

Hanya saja emang lokasinya agak jauh dari stasiun Rawa Buntu. Aku ukur menggunakan aplikasi Google Map jarak dari stasiun Rawa Buntu ke lokasi 11 Km. Mungkin, beruntung kalo kamu lokasinya deket-deket situ. Tapi, di pintu keluar stasiun Rawa Buntu aku liat ada sih angkutan umum. Nah, kalo pengen lebih murah lagi kamu bisa ngeteng menggunakan angkutan saja. Bisa juga barengan temen maksimal emapt orang naek Uber atau Grab. Jatohnya lebih murah, kan? :)

Lokasinya itu ada di Ruko Beryl 3 nomor 36, kawasan Gading Serpong, Tangerang tidak jauh dari sekolah Pahoa. Karena baru buka soft launching hari Sabtu (18 Februari 2017) belum terdaftar di Google Map kalo kamu mengetikkan di Google Map atau aplikasi ojeg dan taxi online.

Alternatifnya, kamu bisa menggunakan alamat pencarian dengan nama Bumbu Pekalongan saja. Secara, doi sang owner-nya ternyata juga owner dari Bumbu Pekalongan. Namanya aja Bumbu Pekalongan, bukan berarti lokasinya ada di Pekalongan, yah. :)

Ada lembaga survei telah membuktikan. Tempat makan, restaurant, atau cafe akan ramai pengunjung dan laris manis manakala memenuhi setidaknya satu dari faktor di bawah ini.

1. Tempatnya
2. Menunya
3. Pelayanannya
4. Harganya


Di The Passport Cafe, ke-empat unsur di atas itu semua ada. Jika kamu ngerasa kita ini lagi di rumah, salah besar! Ini di cafe. Tempatnya cozy dan asyik banget buat makan, minum, hangout, atau sekedar buat ngobrol cantik dengan sang mantan :) Habis itu, dijamin bakal balikan lagi, deh. :)



Percaya gak, sih? Menu makanan-minuman di sini dimulai dari harga Rp 11.000,- aja. Itu menu roti bakar cokelat. Tersedia 60 menu di sini. Baik menu Indonesia atau Internasional. Alasan itulah yang membuat sang owner atau pemiliknya memberikan nama The Passport Cafe. Untuk melayani selera makan setiap orang yang berbeda-beda.

Internetnya juga kenceng. Aku tes pake speedtest tembus di angka 2Mbps (Mega bits per second). Biasa nongkrong di Starbucks Sarinah hanya tembus di angka 1Mbps aja. Jelas, 50% atau setengah lebih cepat dari Starbucks. Di setiap tempat duduk juga tersedia stop kontak alias colokan listrik. Kamu yang hobby online tenang dan gak usah galau, yah. Secara kita ini suka banget bikin video di YouTube. Kalo anak sekarang sih bilangnya kita ini vlogger alias video blogger.

Sesampainya di lokasi, kita langsung pesen menu. Aku pesen Meltique Rib Eye Steak Rp 86.000 dengan minumnya Hazelnut Coffee Ice Rp 28.000. Sementara Icha pesen Fried Chicken with Bechamel Rp 28.000 dengan minumnya Lychee Ice Tea Rp 20.000. Biar enak, habis makan kita juga pesen Banna Split ala Mode Rp 22.500.



Aku itu suka banget yah, sama yang namanya daging steak sejak nonton drama Korea My Girl is Gumiho. Di drama Korea tersebut, si aktor ceweknya Shin Min-ah selain cantik suka banget makan daging steak. Sejak saat itu, aku jadi suka makan steak. Korban iklan jangan ditiru. :)

Kalo menurut aku pribadi, sang pecinta steak sejati, daging steaknya empuk. Serat dan tekstur dagingnya lembut banget. Sehingga, pas diiris dengan pisau gak selebay Kasino di filmnya yang sedang makan dengan calon mertuanya. Cuman, karena aku suka pedas, agak kurang pedas. Untuk bumbu dan proses pemanggangan dari daging steak-nya sih kalo aku bilang sempurna. Sesuailah dengan harganya.

Sementara untuk minumnya, Hazelnut Coffee Ice, aku suka banget dengan wipe cream di atasnya. Beda banget dengan wipe cream Java Chip Cream Coffe di Starbuck. Di sini, wipe cream-nya itu gurih, karena menggunakan sari pati buah kelapa segar. Rasa manisnya juga pas. Jadi sehat. Kopinya otentik banget. Selain kopi di sini juga sedia aneka minuman jus.

Biji kopinya asli didatangkan dari biji kopi pilihan terbaik dari berbagai daerah Indonesia. Kamu di sini bisa melihat langsung barista meracik kopinya. Tidak tersedia kopi serbuk, hanya menyediakan biji kopi. Kalo kamu jadi pesen atau order, baru biji kopi tersebut di-grinder (digiling) oleh barista. Kamu juga bisa melihat barista meracik kopinya di lantai bawah.

Terdiri dari dua lantai, kesemuanya kurang lebih menampung 50 kursi. Untuk order makanan dan minuman ada di lantai bawah. Selain bisa digunakan buat hangout, nongkrong, atau meeting, di sini juga bisa digunakan untuk mini workshop, loh.

Seusai makan, tak lengkap rasanya jika tidak makan buah atau yang manis-manis. Walaupun aku itu manis. :) Nah, Banna Split ala Mode menjadi penutup makan yang sempurna. Ice cream rasa vanilla dan strawberry yang membalut pisang membuat candu untuk menyantap lagi dan lagi. Hingga tanpa terasa udah habis aja.

Setelah ngobrol cantik ke sana ke situ, tak terasa waktu udah sore aja. Yasudah, karena perut lapar lagi belum makan nasi, secara orang Indonesia itu katanya kalo belum makan nasi belum makan. Akhirnya aku pesen lagi. Pas Icha aku tawarin mau makan lagi, gak? Katanya dia masih kenyang. Akhirnya aku nambah pesanan lagi Kampoeng Fried Rice Rp 21.500 lengkap dengan minumnya Lychee Ice Tea Rp 20.000. Rasa nasi gorengnya gurih dan enak. Selain ada daging ayam, juga ada suiran-suiran ikan di dalamnya. Like it, deh.



Sementara untuk minumnya Lychee Ice Tea, menyejukkan dan mampu mengusir rasa haus tanpa meninggalkan rasa haus kembali. Buah lychee yang ada di dalam gelas Lychee Ice Tea membuat aku happy banget. Begitu segar dan nikmat. Menjadi penutup kehausan seusai meminumnya. Penutup yang sempurna.

Karena ini tempatnya ada di ruko yang disulap jadi cafe, maka wajar jika area parkir yang tersedia kurang luas. Namun, pihak cafe sudah mengkonfirmasi, kalo pun di depan penuh, pengunjung bebas parkir di depan deretan ruko mana aja. Untuk masukkannya cuman satu, belum tersedia tempat shalat. Selebihnya sudah oke. Jika boleh kasih bintang dari satu sampai sepuluh, The Passport Cafe aku kasih 8,5 bintang. Sukses buat The Passport Cafe, akhir kata salam blogger. ● Dede Ariyanto

9 comments:

  1. Huaa mas Dede ternyata pernah nonton My Girl Is Gumiho yaa hehe *ceritanya seruuu kan??..
    Ehh..ehhn kemarin juga kesana internetnya emang kencengggg,,makananya juga enak-enak.

    ReplyDelete
  2. Yaaah, katauan deh. Iya, bagus ceritanya. Kenceng internetnya, tembus 2Mbps. Jadi betah lama-lama nongkrong di sana. ☕️😀

    ReplyDelete
  3. kasih map locationnya juga dong mas biar afdhol ;)

    ReplyDelete
  4. pacaran muluuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuuu.
    ngehits amat ya nongkrongnya di kafe kafe begindang

    ReplyDelete
  5. double date yuuk...pake voucher gratis itu loohh :D

    ReplyDelete
  6. nyesel deh buka postingan ini... esnya itu lo... bikin muveng mas dedeeeeeeeeeeeeee

    ReplyDelete
  7. Asyik, deket rumah nih ��

    ReplyDelete
  8. Mas Dede, Kayaknya tidak cukup datang sekali ya kalau ke sini. Musi datang beberapa kali untuk mencoba menunya satu persatu. Puas deh...

    ReplyDelete
  9. Tempatnya cozy dan hommy banget :)

    ReplyDelete

Terimakasih yah udah ngunjungi blogku ini. Maaf banget, komentar yang isinya iklan, link hidup, sara, pornografi dan spam bakalan aku hapus!


Social Media

Facebook Twitter Instagram YouTube Google+ e-Mail

Karya Buku





Viva Blog

Komunitas Blogger

Indoblognet
BloggerCrony Community


Komunitas ISB

Blogger Reporter Indonesia

Populer Post

Blog Archive

Labels

Arsip Blog